google-site-verification: google8563cbe34eb03fea.html

Jumat, 27 Agustus 2010

Tahukah Anda? Kecerdasan Ditentukan Saat Tidur


Udah pada tidur belum? Manusia normal yang berada di atas bumi pasti melakukan aktifitas ini, meskipun cuma 1 jam tiap hari. Jaman dahulu kala orang tidur memakai bantal kayu atau batu atau bahkan tidak memakai bantal. Sekarang aja enak, orang tidur pakai yang ‘empuk-empuk.

Kebiasaan tidur dengan bantal kayu atau batu, menyebabkan orang-orang dahulu bisa bangun dengan segar bugar, karena tubuh mereka bisa beristirahat total saat tidur. berbeda dengan mereka yang tidur di atas kasur empuk, tubuh mereka tidak bisa istirahat dengan total, kenapa ya? karena saling menekan dengan alas tidurnya.

Posisi tidur yang benar adalah tubuh miring ke kanan dengan kaki bagian atas di tekuk, dan tangan kiri sebagai bantal. Tidur dengan posisi ini bermanfaat agar mengalirkan darah ke otak dengan sempurna, karena posisi kepala lebih rendah dari jantung. Posisi tidur yang membuat bodoh adalah : terlentang, tengkurap, dan kaki mengangkang. Posisi ini diibaratkan sebagai cara tidurnya binatang, karena aliran darah tidak lancar, perut dan dada tertekan, juga aliran darah ke otak juga terhambat.

Saat tidur yang baik adalah jam 20.00 WIB – 01.00 Pagi. Selanjutnya 01.00-04.00 digunakan untuk belajar, pukul 04.00 – 06.00 untuk olahraga, dan seterusnya…
Saat tidur yang tidak baik adalah pukul 06.30 WIB setelah matahari terbit, pada tengah hari pukul 11.30 – 12.00 WIB dan pukul 17.30 WIB saat matahari tenggelam. Tidur pada saat tersebut akan mengakibatkan seseorang linglung dan separuh kesadarannya hilang, diakibatkan oleh keseimbangan alam yang pada waktu-waktu tersebut harus berada pada kondisi sadar.

Tidur yang baik berada dalam keadaan atau ruang yang gelap, terhindar dari cahaya yang menyengat dan silau. Rangsang cahaya yang terlalu banyak, menyebabkan otak tidak optimal dalam melakukan defragmentasi data-data yang terekam sebelum tidur, hal ini akan berdampak kepada daya ingat pada jangka waktu yang lama.

Kamis, 26 Agustus 2010

Alat Mendeteksi Autisme dari Suara

Autisme pada anak dapat dideteksi dengan cara menganalisa suara mereka. Anak-anak penyandang autisme mengucapkan kata-kata dengan cara yang berbeda dibandingkan anak-anak normal. Hal inilah yang kemudian dijadikan modal bagi para ahli untuk menciptakan suatu alat khusus untuk mendiagnosa autisme lewat analisa suara.

Alat ini berupa perekam kecil yang muat pada saku baju anak. Pada alat ini tertanam sejenis piranti lunak guna menganalisa dan mengevaluasi suara-suara tertentu yang diucapkan anak-anak sepanjang hari.

Perangkat ini adalah hasil kreasi para ahli yang dipimpin Kimbrough Oller dari Universitas Memphis, Amerika Serikat. Untuk membuat alat ini, Oller dan timnya menganalisa lebih dari tiga juta pelafalan suku kata, yang dikumpulkan dari 1.500 rekaman 232 anak berusia 10 bulan hingga empat tahun.

Seperti dilaporkan jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, program yang ditanam pada alat ini mampu secara tepat mengidentifikasi 86 persen diagnosa autisme yang ada.

"Walau para ahli menyatakan selama bertahun-tahun bahwa anak autis bersuara lain saat berbicara, belum ada cara praktis menggunakan vokalisasi sebagai bagian dari diagnosa atau proses pemeriksaan yang sejalan dengan autisme," kata Oller, yang juga profesor audiologi dan patologi cara bicara bahasa.

Alat ini untuk sementara dapat berfungsi menganalisa suara dalam bahasa Inggris, tetapi Oller yakin piranti lunaknya dapat diaplikasikan pada bahasa lain. "Teknik ini belum pernah dicoba, tetapi saya pikir bisa bekerja," katanya.

Saat ini, para dokter menegakkan diagnosa autisme dengan cara menguji anak-anak dengan sejumlah tes perilaku dan pola bicara, termasuk bagaimana mereka berbicara pada usia tertentu, dan apakah mereka melakukan kontak mata dengan orang lain.

"Autisme adalah kerusakan multi faktor dan banyak dimensi perilaku yang harus dipertimbangkan. Vokalisasi jelas merupakan faktor penting, tetapi saya tidak berpikir ini harus digunakan secara ekslusif," kata Oller.

Oller, yang meneliti pembelajaran dan evolusi bahasa, telah mengidenfikasi bagaimana pembentukan silabel yang berbeda berubah pada empat tahun pertama usia anak.

Menurut hasil analisa, pembentukan pola bicara anak autis tidak mengikuti pola yang umum. Program komputer mampu membedakan antar pembicara dan memproses suara yang diucapkan anak yang sedang diteliti. Rekaman sehari penuh memungkinkan peneliti untuk memeriksa pola bicara anak secara alami.

Para orang tua dapat mengirim hasil rekaman setelah anaknya menggunakan alat ini selama seharian. Hasil rekaman dikirim ke suatu perusahaan untuk dianalisa. Adalah Infoture Inc. yang mengembangkan alat dan piranti lunak tersebut. Perusahaan ini bubar pada Februari 2009 dan didirikan kembali dengan berbentuk yayasan bernama LENA Foundation. Yayasan inilah yang menjual alat dan mendanai riset.

Jumlah Pengunjung :